Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2015

?

Ada hal yang masih mengganjal, tertahan dan harusnya diungkapkan. Entah kenapa ini menjadi tak sederhana atau mungkin aku yang membuatnya rumit. Bukan apa-apa, tapi aku takut saja, ini malah tidak berarti –lagi- bagimu. Begitulah, itulah kenapa aku rapat-rapat menyimpannya. Dulu, aku menunggu waktu bertemu, dan saat waktu itu ada, aku malah berlalu, menghindar, dan tidak ada yang mau memulai, setidaknya menghapus kekakuan, saling menyapa dan menghidupkan obrolan. Kita sama-sama melewatkan waktu ini, sekali lagi aku takut ini benar-benar tidak berarti –lagi- bagimu. Kau tahu alasanku begini? karena aku merasa ada di pihak bersalah, aku merasa.. Sejak dulu, begitulah aku hanya bisa menghindar, menjauh dan merasa menghilang. Aku salah. Ada perasaan menyesal saat sekarang akhirnya kita tidak baik-baik, dan aku yang membuat keadaannya seperti ini. Kuakui. Tapi, melihatmu aku lagi-lagi takut ini malah tidak berarti –lagi- bagimu. Kamu, aku tidak tahu bagaimana mengungkapkannya.

Resiko?

Bukankah pilihan untuk terlahir kedunia adalah keputusan yang amat besar? Beresiko, tentu saja. Tanpa tahu bagaimana nantinya, kita dengan tegas menyanggupi janji besar dengan Tuhan, dan tentu saja harusnya kita siap menanggung resikonya dimasa sekarang. Maka, memang begitulah, hidup di dunia ini memang beresiko. Memilih, memutuskan dan menanggung resiko. Begitu saja. Setiap langkah memang penuh resiko, maka akankah kita diam saja terus menanti-nanti dan hanya terus mengagungkan kata “seandainya” ? Atau, bergegas mengambil langkah, bersiap terjatuh dan bangkit lagi? menghadapi resikonya dan mencari cara mengatasinya, begitu harusnya. Karena sejatinya masa depan tetaplah sebuah misteri yang mau tidak mau harus ditapaki. Dan kita mana tahu dilangkah keberapa akan tersandung oleh kerikil, atau malah karena terlalu mulus perjalanannya…malah terlena dan terjatuh? Maka saat kita terjatuh, ingatlah bahwa inilah resiko dari langkah yang kita ambil, dan ingatlah pula bahwa kita masih bisa