Ada
hal yang masih mengganjal, tertahan dan harusnya diungkapkan. Entah kenapa ini
menjadi tak sederhana atau mungkin aku yang membuatnya rumit. Bukan apa-apa,
tapi aku takut saja, ini malah tidak berarti –lagi- bagimu. Begitulah, itulah
kenapa aku rapat-rapat menyimpannya.
Dulu,
aku menunggu waktu bertemu, dan saat waktu itu ada, aku malah berlalu, menghindar,
dan tidak ada yang mau memulai, setidaknya menghapus kekakuan, saling menyapa
dan menghidupkan obrolan. Kita sama-sama melewatkan waktu ini, sekali lagi aku
takut ini benar-benar tidak berarti –lagi- bagimu.
Kau
tahu alasanku begini? karena aku merasa ada di pihak bersalah, aku merasa.. Sejak dulu, begitulah aku hanya bisa menghindar, menjauh dan merasa menghilang.
Aku salah. Ada perasaan menyesal saat sekarang akhirnya kita tidak baik-baik,
dan aku yang membuat keadaannya seperti ini. Kuakui. Tapi, melihatmu aku
lagi-lagi takut ini malah tidak berarti –lagi- bagimu.
Kamu,
aku tidak tahu bagaimana mengungkapkannya. Aku menyesal saat tindakanku dulu
membuat kita tidak leluasa untuk sekarang,
bertukar tawa dan bertegur sapa. Maaf... Kata yang harusnya sejak dulu
kusampaikan, entah sekarang sudahkah terlambat dan tidak berarti lagi? Sungguh,keadaan
ini jelas menggangguku, disaat aku mampu menjalin hubungan yang baik dengan
semua orang, kamu pengecualian. Disaat aku bisa baik dengan orang yang harusnya
tidak begitu dekat denganku, kamu yang dulu dekat malah tidak bisa baik
denganku. Aku tidak berharap lainnya, aku tidak berharap sesuatu yang
berlebihan. Hanya bisakah begini, kamu memaafkanku yang salah dan kita memulai
sesuatu yang benar. Sesuatu selayaknya,… tersenyum, tertawa, saling
bicara. Begitu saja.
Menurutmu
bagaimana kita memulai sesuatu yang sudah terputus dengan tidak benar? saling
mengikat. Benar. Dan ini hanya bisa dilakukan berdua, bukan sendiri-sendiri.
Mungkin kita tidak akan bisa serapi dulu, seindah dulu…kamu mungkin
tidak berharap begitu, aku juga. Mungkinkah? lagipula kita sama-sama telah melangkah
jauh, entah kenapa akan terasa sangat memaksa saat kita harus berjalan mundur,
bukan begitu? maka, bolehkah kita saling melupa? memulai lagi, sesuatu yang
tidak baru, sesuatu yang lebih baik dan benar, yang tidak akan pernah terputus
lagi.
Tapi,
aku takut, lagi-lagi. Takut-takut kalau ini malah tidak pernah terpikir lagi
olehmu, tidak berarti. Lalu, kalau begitu apa rasa bersalahku harus dibuang
saja? dihilangkan? nyatanya ini akan terus menyiksaku sepihak. Entah sampai
kapan~
.
.
.
Ketika kau
harusnya bilang maaf, kau tetap harus bilang maaf.
Jemari's
Wines
Jemari's
Wines
Komentar
Posting Komentar