Langsung ke konten utama

?

Ada hal yang masih mengganjal, tertahan dan harusnya diungkapkan. Entah kenapa ini menjadi tak sederhana atau mungkin aku yang membuatnya rumit. Bukan apa-apa, tapi aku takut saja, ini malah tidak berarti –lagi- bagimu. Begitulah, itulah kenapa aku rapat-rapat menyimpannya.

Dulu, aku menunggu waktu bertemu, dan saat waktu itu ada, aku malah berlalu, menghindar, dan tidak ada yang mau memulai, setidaknya menghapus kekakuan, saling menyapa dan menghidupkan obrolan. Kita sama-sama melewatkan waktu ini, sekali lagi aku takut ini benar-benar tidak berarti –lagi- bagimu.

Kau tahu alasanku begini? karena aku merasa ada di pihak bersalah, aku merasa.. Sejak dulu, begitulah aku hanya bisa menghindar, menjauh dan merasa menghilang. Aku salah. Ada perasaan menyesal saat sekarang akhirnya kita tidak baik-baik, dan aku yang membuat keadaannya seperti ini. Kuakui. Tapi, melihatmu aku lagi-lagi takut ini malah tidak berarti –lagi- bagimu.

Kamu, aku tidak tahu bagaimana mengungkapkannya. Aku menyesal saat tindakanku dulu membuat kita tidak leluasa untuk sekarang, bertukar tawa dan bertegur sapa. Maaf... Kata yang harusnya sejak dulu kusampaikan, entah sekarang sudahkah terlambat dan tidak berarti lagi? Sungguh,keadaan ini jelas menggangguku, disaat aku mampu menjalin hubungan yang baik dengan semua orang, kamu pengecualian. Disaat aku bisa baik dengan orang yang harusnya tidak begitu dekat denganku, kamu yang dulu dekat malah tidak bisa baik denganku. Aku tidak berharap lainnya, aku tidak berharap sesuatu yang berlebihan. Hanya bisakah begini, kamu memaafkanku yang salah dan kita memulai sesuatu yang benar. Sesuatu selayaknya,… tersenyum, tertawa, saling bicara. Begitu saja.

Menurutmu bagaimana kita memulai sesuatu yang sudah terputus dengan tidak benar? saling mengikat. Benar. Dan ini hanya bisa dilakukan berdua, bukan sendiri-sendiri. Mungkin kita tidak akan bisa serapi dulu, seindah dulu…kamu mungkin tidak berharap begitu, aku juga. Mungkinkah? lagipula kita sama-sama telah melangkah jauh, entah kenapa akan terasa sangat memaksa saat kita harus berjalan mundur, bukan begitu? maka, bolehkah kita saling melupa? memulai lagi, sesuatu yang tidak baru, sesuatu yang lebih baik dan benar, yang tidak akan pernah terputus lagi.

Tapi, aku takut, lagi-lagi. Takut-takut kalau ini malah tidak pernah terpikir lagi olehmu, tidak berarti. Lalu, kalau begitu apa rasa bersalahku harus dibuang saja? dihilangkan? nyatanya ini akan terus menyiksaku sepihak. Entah sampai kapan~
.
.
.

Ketika kau harusnya bilang maaf, kau tetap harus bilang maaf.

Jemari's
Wines

Komentar