Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

0,33333

Balada-ku sebagai anak semester 7 akhirnya berakhir. Udah ngerasa ngelewatin semester yang "katanya" semester impian bagi bocah-bocah semester 1 haha -_-. Ah bocahhhhh:" Beberapa list target semester 7-ku akhirnya bisa dicoret (re: tercapai). Alhamdulillah, terlepas dari betapa riweuhnya semester ini, ada kebahagian terselip HAHA. Saat di penghujung Desember , akhir-akhir semester 7 , aku berhasil menyelesaikan 0,333 dari 1,0 Tugas Akhirku, HAHA. Lumayanlah yaaa ^^. Setidaknya, bisa enggak galau-galau lagi di 10 hari terakhir 2016, libur dikit bolehlah ya?  . . . Mulai ngerasain, waktu berlalu begitu cepat, terlalu cepat kalau ini bicara soal aku dan teman-teman angkatan Farmasi 2013 yang gak akan belajar di 1 kelas lagi, belajar bareng lagi, edmodo-an, elearning-an, kumpul-kumpul, bahkan tuk 1 kelas ujianpun gak akan ada lagiiiiiiii :" Mulai semester depan, semua bakal sibuk sendiri-sendiri, penelitian, bimbingan dan sebagainya. Ku mewek seketika inga

Aku Kepada Aku

Kubilang padamu mudah saja membuat orang lain terluka. Berhenti nyaman denganmu. Sederhana, bahkan kadang kau gak sadar. Kataku, kata-katamu. Yang kutahu melupa itu sulit, apalagi untuk kata-kata. Bikin terngiang-ngiang. Maka jangan salah kata. Pikirkan dalam berkata-kata. Sulit sekali memang menjaga kata, kata yang baik-baik. Yang tidak berpotensi menyakiti. Membahagiakan bukan hanya untuk kau saja.  Juga bertindak. Kau mungkin suka seperti itu, tapi...pikirkan mungkin hanya kaukah yang suka? atau bisa jadi ada satu dari sepersekian yang gak suka. Nyatanya tetap ada yang gak suka kan? kubilang lagi ya, senyum bukan berarti gak apa-apa. Bukan berarti dia setuju, menerima. Kau perlu bayangkan, kalau kau jadi dia. Akan apa-apa? Pun tidak katamu, bagi dia belum tentu. Singkatnya, bagimu bercanda bisa jadi dia anggap serius? Kita gak pernah tahu, toh hati punya masing-masing. Kau mesti tahu pula, ada fluktuasi mood. Entah lagi di puncak atas, bawah, atau dimana-mana. Jadi,

Jarum dan benang

Bicara soal jarum dan benang, saat di kost-an, ini yang bikin aku selalu ingat rumah :" Mama sama bapak selalu rewel soal baju/celana yang "robek/bolong". Bukan apa-apa sih, kata bapak itu mencerminkan banget betapa malasnya kita, haha. " Apalagi, ayuk cewek. " Duh, fix. Andalan banget ini, haha. Makanya agak bersalah aja saat membiarkan beberapa baju/celana di kost-an yang robek -akibat terlalu atraktif-, disini mana ada yang ngingatkan? mau dibiarkan robek sampe lulus kuliahpun gak masalah. Toh mama dan bapak mana tau. Jadilah, sore itu di waku yang sengaja "disenggang-senggangkan" aku beli jarum, dan benang juga tentunya. Sepaket, kayak aku sama kamu, saling melengkapi merajut kasih #EHHHH. Mulai menjahit, aku makin ingat rumah hiks :" ingat bapak, mama, adek yang selalu setia mendengarkan ceritaku, makanan rumah, kucing-kucing, ah tiba-tiba ... only hate the road when I missin' home. Setidaknyalah, obat rindu ini adalah b

Perceptio

Perceptio  (Persepsi) adalah suatu istilah tindakan mengenali, menyusun, dan menafsirkan informasi untuk memberikan gambaran mengenai pemahaman akan "sesuatu" hal. Persepsi meliputi semua sinyal dalam sistem syaraf, yang secara umum merupakan hasil stimulasi fisik atau kimia dari organ pengindra.  . . . Kutegaskan aku bukan psikolog/ atau derivatnya, jadi jangan harap tulisan ini akan seserius itu. Ini hanya coretan setengah serius si mahasiswi level 4, hiks  Bicara persepsi, maka saat kamu membuat persepsi, diluar kesadaranmu ada hal kompleks yang terjadi pada sistem syarafmu dalam menafsirkan hasil sinyal yang ditangkap oleh alat indra. Kau lihat, rasa, hirup, dengar, sentuh, semuanya adalah stimulus yang akan diterjemahkan otak. Membuat hal yang awalnya tak kau mengerti, menjadi dimengerti atau bisa jadi dipaksakan untuk dimengerti . Seringkali adalah  dipaksakan untuk dimengerti , dipaham-pahamkan, pura-pura tahu, nyatanya yang terjadi cenderung sakit hati at

Balada anak semester 7

Halooo! semester 7... Dulu sekali, jauh sebelum aku mengenal proposal dan dosen pembimbing. Aku selalu iri dengan anak semester 7 (gak usah tengok ke Fakultas sebelah, di jurusanku saja udah bikin iri). Why ? simple , karena mereka gak hectic soal praktikum dan detailnya (laporan, praktikum, pretest , etc ). Mata kuliahnya juga makin sedikit, yaa...bisa dibilang cepet pulang, bahkan banyak yang jadi asisten dibeberapa praktikum. Indah sekali, rasa-rasanya semester goal  banget itu. Tapi, seiring berjalannya waktu dan aku sampai di tingkat ini, semua berubah...paradigma anak semester awal itu SALAH TOTAL . Siapa bilang kehidupan anak semester 7 seindah itu? proposal nyatanya gak se simple  laporan praktikum yang bisa dikerjakan setengah hati. Setidaknya, bikin pembahasan laporan praktikum gak butuh acuan ratusan jurnal yang gak kerasa udah numpuk di folder download. Bahkan mikirin judul aja lama banget :" atau ngerasain rebutan nyari pembimbing yang kosong dan mau. :(

Masak?

Entah kenapa lagi pengen share something random Hihi. Mianhe. Anyway , foto diatas adalah masakan-ku 3 hari berturut-turut pasca lebaran kemarin, orang rumah katanya udah mulai bosyen makan-makanan khas idul fitri. Dan katanya lagi pengen dong makan dibuatin si "anak kos yang pulang 2 minggu sekali" haha. Eits, tolong  jangan bayangkan aku seorang yang jago. hihi. Malah sering eksperimen, kadang sukses, kadang gagal. Cuma, mama, bapak sama Anjar adalah fans setia masakanku. Setidaknya, 2 genre sudah mewakili yaa. HAHA. Bicara masak? entah kenapa menurutku adalah keharusan seorang wanita untuk bisa masak. Karena nantinya (re : pasca wedding ) salah satu hal penting yang namanya "urusan rumah tangga" adalah dapur dan segala detail-detail nya. Kalau gak bisa masak terus masa dapurnya gak fungsional? hihi. Sayang aja gitu, kalau harus mengalokasikan budget  rumah tangga untuk "beli makan diluar", and somehow kita gak bisa menghindari michin d

Kekuatan Mayoritas

Ketika kita sibuk membenarkan yang benar, dan mengesampingkan yang salah, Astaghfirullah. Hal ini kerab kita temui dimasyarakat, ketika ada golongan minoritas yang katanya "berbeda" dari golongan mayoritas, tidak sama dengan kita. Maka, dengan teganya kita menghakimi mereka yang minoritas, membuat mereka seolah benar-benar salah dan kita adalah yang seharusnya benar . Menatap mereka seolah bukan bagian kita, karena yang dilakukan adalah berbeda "sedikit-banyaknya" dengan kita. Lalu apa kabar yang tidak melakukan? sama sekali tidak. Keluar dari zona , maksudku bahkan lebih tepatnya tidak menyentuh zona kita ini...tidak sama sekali . Dan nyatanya ini masalah hati. Adalah ketika hati kita sempit, enggan melapangkannya untuk menerima, dan mungkin melihat sisi kebenarannya. Terlalu terkukung dengan masa lalu yang harus dilestarikan (re : adat), mengagungkan sesuatu terus-menerus tanpa tahu kebenarannya. Menutup hati untuk melihat hal yang harusnya dibenarkan dem

Sudah pantas-kah aku?

Bila, kau tanyakan aku, sudah pantas-kah aku?  Maka dengarlah jawabku, pagi ini, siang ini dan hingga malam ini aku masih belajar. Belajar memantaskan diriku, karena sejauh yang kupelajari...sebanyak-banyaknya aku belajar, kusadari aku masih perlu lebih banyak lagi belajar memantaskan diri. Sebanyak-banyaknya yang kubisa pelajari, untuk dunia maupun akhirat. Karena aku hanya tidak ingin terlambat, terlalu terlambat untuk belajar. Terlambat mengetahui hal-hal yang seharusnya bisa kupelajari lebih awal. Aku khawatir, bagaimana jika kamu telah begitu jauh belajar? pun mengobrol denganmu akan terasa begitu sulit. Karena kuyakin kaupun giat memantaskan diri. Kautahu, saat kukatakan aku seorang yang terus belajar, jangan bayangkan aku adalah pemikir keras. Aku juga tahu kalau terkadang humor menyenangkan, atau diskusi bersama sahabat karibku, memainkan tombol  keyboard untuk sekedar menulis, bahkan meng-elus bulu kucing, atau memetik bunga juga tidak kalah menyenangkan. Aku teta

******i

Ketika Instagram lebih mengasyikkan, ketika mata ingin memasuki alam mimpi lebih awal, ketika drama Korea bertebaran dimana-mana, ketika otak enggan diajak kerjasama. Bisa apa aku? . . . . . Selamat datang di dunia baru , hai Mahasiswa Tingkat Akhir ..-.. (Ingat log book-mu, ingat-ingat jadwal ketemu dosen pembimbing, ingat kapan mau lulus?) Jemari's

Melupa

Kau tahu artinya melupa bukan? berusaha meninggalkan dan berarti juga menggantikan. Membuang segala hal yang terkait dan melepasnya untuk ditinggalkan, tanpa melihat kembali…yang tertinggal, terlukakah? Saat kau melangkah bahagia, kau tidak tahu mungkin ada yang tertatih. Sendiri. Tepat di belakangmu. Kau meninggalkan dia yang bahkan sedang bertanya-tanya, ”apa salahku?”, mungkin ada rasa ingin mengejarmu, memintamu kembali dan menunggu…tapi apa daya saat kamu malah berlari, bahkan sekedar bertanya “ada apa kamu?” anginpun tak sempat menyampaikan. Kau berlalu, membawa kisah yang tak sempat menjadi pelangi, meninggalkan dia yang mungkin sedang meratap bersama hujan. Sendiri, lagi-lagi. Terpikirkah olehmu bagaimana perasaannya? bahagiakah kau melupa? Kau tahu betapa bahagianya menggantikan suatu hal yang kuno menjadi “kekinian”? menyenangkan, tentu saja. Menyingkirkan hal yang menurutmu membosankan, dengan sesuatu yang lebih menarik. Lalu apa kabar yang tersingkirkan, tersakitik

Untukmu yang kusebut winSAAM...

Awalnya, kubiarkan diriku...terjebak berlama-lama bersama kamu yang layaknya winSAAM. Yang kutahu, kamu hanya memberiku data kadar plasma cintamu yang harus kucapai, selebihnya semua tak pasti. Kau biarkan aku memprediksi tidak jelas, berambisi sepanjang malam mensejajarkan antara garis hatiku dan plot hatimu. Kamu menenggelamkanku dalam obsesi untuk menakhlukanmu, menghabiskan segenap waktuku hanya untuk menyesuaikan besarnya absorbsi kagumku padamu, volume distribusi cintaku, dan ekskresi ketidaksukaanku padamu... Katamu, semua harus proporsional. Kamu yang layaknya winSAAM, kau nyatanya membuat sarafku kusut seketika. Saat aku tak menemui titik dimana kita bisa sesuai, kau diam saja.  Aku mencoba berkali-kali, kaupun berkali-kali enggan merengkuhku untuk saling menyesuaikan. Kamu, aku tidak ingin mencintaimu seperti winSAAM. Karena yang kutahu, saat kurva hati kita telah terbentuk, aku bahkan belum dapat sepenuhnya memilikimu...Kamu dengan tega menyuruhku membuktikannya secar

Yousra and I

So, I wanna tell you about me and my Algerian girl, Yousra. I've known her from facebook since 3 years ago, and still counting. The First time I knew her from a group in facebook named "Learn English", she was active member in group who shared info about english, I mean grammar. I thought to chat her personally, maybe we could share abt everything which are related about "english", and I can learn from her, ehm I wanna be her friend, may I? Then I decided to send her a "friend request", further I received a notification that she confirmed me to be her friend (re: in facebook). So, I started to chat her, with a chit chat message.  Yeah, it must be and should be classics and normally when I said "Thank you for your confirm, I'm Wines from Indonesia". Unexpected she replied my message, she was nice and I sent to chat with her again, chin wag together! So my first impression, she is very hail-fellow-well-met to me. And this was where everyt