Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Tentang dirimu dan orang lain

      Tentang dirimu dan orang lain. Kamu tentu tidak bisa memaksakan orang lain untuk menyukaimu, untuk menjadikannya setia disisimu, pun membuatnya nyaman ngobrol denganmu. Tidak bisa. Karena, ini tentang dirimu dan orang lain, ada dua sisi, pihakmu dan pihaknya, ini bicara bagaimana dua sisi itu berada pada satu pihak, entah dengan apa yang jelas keduanya harus menyatu. Harus ada sesuatu yang menautkan keduanya, harus ada kelapangan dari sisimu dan sisinya untuk saling menerima, mempersilahkan saling bertemu diruang “obrolan hangat ditemani secangkir kopi”. Begitulah, saat sisimu dan sisinya mau berbagi, menerima, menemani dan ditemani, dan siap mengisi “cangkir-cangkir kopi hangat” berikutnya yang akan menemani nyamannya obrolan kalian.           Dan bicara tentang dirimu dan orang lain, tentu saja tidak hanya antara kamu dan seorang lawan jenis yang kau sukai, karena terkadang sesungguhnya seorang yang sejenis denganmu bahkan lebih rumit. Begitulah, sejatinya manusia terlahir d

?

Ada hal yang masih mengganjal, tertahan dan harusnya diungkapkan. Entah kenapa ini menjadi tak sederhana atau mungkin aku yang membuatnya rumit. Bukan apa-apa, tapi aku takut saja, ini malah tidak berarti –lagi- bagimu. Begitulah, itulah kenapa aku rapat-rapat menyimpannya. Dulu, aku menunggu waktu bertemu, dan saat waktu itu ada, aku malah berlalu, menghindar, dan tidak ada yang mau memulai, setidaknya menghapus kekakuan, saling menyapa dan menghidupkan obrolan. Kita sama-sama melewatkan waktu ini, sekali lagi aku takut ini benar-benar tidak berarti –lagi- bagimu. Kau tahu alasanku begini? karena aku merasa ada di pihak bersalah, aku merasa.. Sejak dulu, begitulah aku hanya bisa menghindar, menjauh dan merasa menghilang. Aku salah. Ada perasaan menyesal saat sekarang akhirnya kita tidak baik-baik, dan aku yang membuat keadaannya seperti ini. Kuakui. Tapi, melihatmu aku lagi-lagi takut ini malah tidak berarti –lagi- bagimu. Kamu, aku tidak tahu bagaimana mengungkapkannya.

Resiko?

Bukankah pilihan untuk terlahir kedunia adalah keputusan yang amat besar? Beresiko, tentu saja. Tanpa tahu bagaimana nantinya, kita dengan tegas menyanggupi janji besar dengan Tuhan, dan tentu saja harusnya kita siap menanggung resikonya dimasa sekarang. Maka, memang begitulah, hidup di dunia ini memang beresiko. Memilih, memutuskan dan menanggung resiko. Begitu saja. Setiap langkah memang penuh resiko, maka akankah kita diam saja terus menanti-nanti dan hanya terus mengagungkan kata “seandainya” ? Atau, bergegas mengambil langkah, bersiap terjatuh dan bangkit lagi? menghadapi resikonya dan mencari cara mengatasinya, begitu harusnya. Karena sejatinya masa depan tetaplah sebuah misteri yang mau tidak mau harus ditapaki. Dan kita mana tahu dilangkah keberapa akan tersandung oleh kerikil, atau malah karena terlalu mulus perjalanannya…malah terlena dan terjatuh? Maka saat kita terjatuh, ingatlah bahwa inilah resiko dari langkah yang kita ambil, dan ingatlah pula bahwa kita masih bisa

I don't think I'm anyone's type!

I'm not a model, not like a model too. And never thinking to be a model too. So, as you know, I don't look like a barbie, queen, or an artist. No, I'm not. And you also can't imagine me as a genius. No, I've ever got bad score, and fluctuated score in my "IPK". Besides that, I'm not okay in public speaking, ain't chosen to be campus activist.  I'm bathroom singer, not a real singer who stand in stage.  Could not pluck the strings properly , even hit the drums so bad and haven't talent to play my fingers on piano's tuts. So, the bottom line is I'm not a popular. Yeah, kinda... I'm careless, a procrastinator time, and I'm typical "baper" girl. I dig to write, watch, read, sleep, laugh, and everything else that maybe you'll call me "boring". Sometimes I gonna be individualistic, and I just look friendly if only we know each other, ehm then...maybe we'd chin wag together!  But, over a

21 Juli 2015!

Halo! kali ini aku mau share pengalaman berhargaku di libur semester 4. Tahun ini SMA-ku kembali mengadakan reuni akbar, ehm.. 1 dekade. Jadi, akan diadakanlah temu kangen siswa-siswi 10 generasi, gak kebayang juga sih bakal gimana, yang jelas bakalan ngiri banget ngeliat kakak-kakak yang udah keren punya pekerjaan tetap hehe, kita mah apa atuh? yaaa, Minder! Acaranya berlangsung 2 hari, 20 dan 21 Juli. Cuma tanggal 20 Juli itu acara sosial gitu dan tanggal 21nya baru reuni beneran. Kalo boleh jujur hehe, aku bukanlah orang yang seneng kumpul-kumpul gini, terlalu rame dan ketemu banyak orang baru terkadang bikin gak nyaman. Introvert ya? tapi kalo udah kenal, kalian pasti gak bakal nyangka aku kayak gini hehe, makanya jangan selalu menilai orang dari kesan pertama :)) Acara tanggal 20 July itu panitianya anak-anak rumpun kesehatan, baik alumni yang udah kerja, koas, maupun mahasiswa. Kebetulan, aku salah satunya, calon farmasis, duhh..masih mahasiswa ya, semester 4 pula. Dari

.

Kau yang dinanti, entah kenapa aku mulai khawatir akan menunggu lama atau bahkan terlalu cepat. Aku yang hanya terkadang memikirkanmu, namun terkadang bisa juga berlama-lama disatu waktu tertentu hanya untuk memikirkanmu. Bukan memikirkan seperti apa kamu nanti? kurang dari itu...aku masih memikirkan bagaimana gugupnya aku saat nanti pertama kali kutahu bahwa itu...kamu. Kau yang dinanti, apakah juga menantiku? Jemari's

Sekresi Ilmu

Menarik bukan, mendengar istilah sekresi ilmu ? tentu saja ini berbeda dengan istilah sekresi tubuh. Karena, sekresi yang dikeluarkan ini bukanlah substansi kimia berupa lendir (enzim dan hormon) yang dikeluakan oleh sel dan kelenjar, yang dikeluarkan adalah ilmu (gagasan, pikiran, pengetahuan). Persamaannya keduanya masih bermanfaat bagi tubuh "si empunya", hanya saja tanpa disadari ilmu yang sebenarnya tidak dikeluarkan langsung oleh tubuh, memberikan efek dan manfaat bagi orang lain. Menulis merupakan salah satu cara "sekresi ilmu" tidak langsung yang bahkan hasilnya bisa lebih luas dalam waktu cepat dibanding secara langsung. Bagaimana dengan yang langsung? contohnya, bisa saat diskusi atau memberi pemahaman face to face ke orang lain, dan tentu saja hasilnya terbatas. Walaupun, bisa saja orang yang satu memberi pemahaman ke yang lainnya setelah mendapat pemahaman dari orang lain. Namun, disaat bersamaan, berapa banyak orang yang bisa membaca tulisan yang d