Tentang
dirimu dan orang lain. Kamu tentu tidak bisa memaksakan orang lain untuk
menyukaimu, untuk menjadikannya setia disisimu, pun membuatnya nyaman ngobrol
denganmu. Tidak bisa. Karena, ini tentang dirimu dan orang lain, ada dua sisi,
pihakmu dan pihaknya, ini bicara bagaimana dua sisi itu berada pada satu pihak,
entah dengan apa yang jelas keduanya harus menyatu. Harus ada sesuatu yang
menautkan keduanya, harus ada kelapangan dari sisimu dan sisinya untuk saling
menerima, mempersilahkan saling bertemu diruang “obrolan hangat ditemani
secangkir kopi”. Begitulah, saat sisimu dan sisinya mau berbagi, menerima,
menemani dan ditemani, dan siap mengisi “cangkir-cangkir kopi hangat”
berikutnya yang akan menemani nyamannya obrolan kalian.
Dan
bicara tentang dirimu dan orang lain, tentu saja tidak hanya antara kamu dan
seorang lawan jenis yang kau sukai, karena terkadang sesungguhnya seorang yang
sejenis denganmu bahkan lebih rumit. Begitulah, sejatinya manusia terlahir dan
tumbuh dengan sifat berbeda-beda, ada golongan yang pandai menutupi
ketidaksukaannya, ada yang dengan gamblang menunjukkan pada dunia
ketidaksukaannya, ada yang berusaha menyukai, bahkan ada yang terus belajar
untuk menyukai orang lain. Tapi, kutegaskan sekali lagi kamu tidak bisa memaksa
seseorang untuk masuk kegolongan mana dia terhadapmu, setiap orang punya sisi
masing-masing, dan dia berhak dengan bebas untuk memberikan sisinya untukmu
atau menjaganya untuk tidak diberikan. Sayangnya, kamu tidak bisa lihat
bagaimana “wujud sisi” itu, sudahkah itu diberikan padamu?
Maka
saranku, berhentilah mencari tahu dan tidak usah dicari tahu.
Silahkan
kau sibuk memperbaiki sisimu, kau lapangkan terus sisimu hingga memuat banyak
tempat untuk diisi sisi orang lain, jangan dihitung, biarkan saja dan jangan
dicari tahu sudah berapa jumlahnya. Karena kamu tidak mungkin memaksakan mereka yang lainnya untuk memberikan sisinya kepadamu, juga memaksakannya untuk memperlihatkan
wujud sisinya untukmu.
Maka tentang
dirimu dan orang lain, sejujurnya kau yang harusnya paling tahu tentangmu,
bukan dia atau mereka. Begitupun orang lain, sebaik-baiknya kau mengenalnya,
kau tidak akan pernah mengenalinya lebih baik dari dirinya sendiri. Maka kau
yang paling tahu sebagik-baiknya bagaimana memposisikan dirimu. Namun yang
harus kau tahu, dirimu dan orang lain punya sisi masing-masing yang bisa saja
searah atau berlawanan, dan walaupun kamu jelas tidak bisa memaksanya untuk
satu sisi denganmu, tapi bukan berarti kamu tidak bisa mengarahkan sisimu untuk
menujunya. Karena ini tidak melulu tentang dirimu, ini tentang dirimu dan orang
lain, tentangmu yang juga harus mampu memahami orang lain. Bukan begitu?
Jemari's
curhat ni ye...
BalasHapustidak ada kebiasaan baik yang timbul tanpa paksaan
jika mengenal itu baik, dan akhirnya hati jadi saling terbiasa,
kenapa terkadang ada penyesalan di kemudian hari..
That's right baby. Bukan org lain yg selalu dipaksa mengerti kita, tp diri sendirilah yg hrs mngrti dan mensituasikannya dg lingkungan.
BalasHapusRandi : Haha, yo Ran curhat dikit wkwk, tapi kayaknyo comment mu jugo curhat nih yeeee. Menanggapi komenmu ran,
BalasHapusAnyway, harusnya sih Ran, tidak ada penyesalan, saat kita membiarkan diri kita terlibat untuk "saling kenal mengenal", selanjutnya kita harusnya sudah tahu resiko akan mengetahui lebih jauh tentangnya, tentang kesukaannya dan ketidaksukaannya pun menyangkut kita. Semua akan jadi masalah saat hati kita dari awal tidak benar-benar lapang (re : terpaksa) menerimanya untuk masuk kesisi kita, bukankah tidak apa-apa saat sewaktu-waktu dia mengeluh sesak dan sempit? Maka, sepertiku bilang diatas, tugas kitalah melapangkan sisi kita. Disaat seseorang telah disisi kita, akan lebih sulit menjaganya setia disisimu, daripada mengajak seseorang baru untuk kesisimu.
Jadi, jangan menyesal mengenal seseorang. Btw, terima kasih sdh mengunjungi blogku hahaha, sorry telat reply yeee
Emoy : Halooo emoy cantiqueee ;) Aigoo, sekian lama aku promo2 blog baru sekarang sempat ngomment hehe.
BalasHapusBenar mi, terkadang kita terlalu sibuk memikirkan diri kita sendiri, hati kita, perasaan, lalu apakabar hati orang lain, perasaannya? dan seketika aku membayangkan betapa damainya dunia saat semua orang saling belajar mengerti satu sama lain hehe. Apa kabar "peran antagonis" film, akankah mereka kesepian job? wkwk