Langit masih biru, tanah masih
saja hitam kecoklatan, dan aku juga masih begini-begini saja.
Memasuki usia -dua dasawarsa,
lebih satu tahun-, tidak ada perubahan signifikan. Aku yang masih malu-malu
mengoles make up di wajah, iya. Masih suka berkisah-kisah tidak
jelas, atau menghabiskan waktu membaca cerita, artikel, bahkan obrolan receh di
group chat, masih. Atau-atau gugup tak berkutik saat menjadi
focus, dan terasa sulit membaur
bersama orang baru, tidak berubah.
Tetap masih membebaskan diri bermimpi, tanpa restriksi, dan limit, tentu saja. Okay, kabarku baik saja, everybody. Cuma ecek-ecek
sibuk, jarang nge-blog, ehehe. (In fact: selesai skripsi-an endeus!)
Tapi, ku kadang-kadang khawatir,
atau malah banyak khawatirnya ya. Things are not always run just like the way
you wanted, right?
Misalkan salah beli –solid&liquid foundations– solid foundation
yang harusnya bisa dialihkan beli powder
saja, anw benar begitu tidak? Atau
sudah menyusun rapalan kata-kata, dan tiba-tiba spread over gitu saja di detik tertentu karena gugup? atau lainnya saat sudah se-sistematis mungkin merancang suatu target, kamu
dipatahkan ragu, menyisakan serpihan semangat-semangat tak utuh? Pernah tidak?
Merasa desperate dengan dirimu,
karena mempertimbangkan detail-detail antara ambisi, ego, intuisi, atau segala hal yang berhubungan dengan afeksi? Ya,
bagaimanapun aku terlahir sebagai perempuan, dengan kodrat perasaan 'lebih' peka, bagaimana
bisa aku menciptakan rapsodi bagi diri sendiri dan membiarkan orang lain
menikmati elegi?
Then, people always make small thing into a big deal. Yeah, kebetulan aku juga salah satu dari people itu, mungkin.
Sering berpikir ke depannya yang terlalu jauh, menimbang resiko, kegagalan, atau
keberhasilan, juga kemungkinan menyakiti atau membahagiakan orang lain. Maka, masalah-masalah
kecil tetap jadi pertimbangan dan prioritasku untuk diselesaikan. Hmm, aku tuh
sebenarnya terkadang merasa insecure dengan
diriku terhadap masalahku loh. Tapi,
berusaha sok berdikari, walaupun
terkadang ujungnya butuh bantuan juga ehehe. Singkatnya, aku takut orang lain
merasa disusahkan. Ya, balik lagi tentang rasa –perasaan–, I’ve learned people will never
forget how you made them feel.
Aku jadi ragu-ragu.
Membuat diri ini menjadi beban rasa
–lagi, masih–, harusnya aku bisa survive –telah diantarkan hingga ke
titik ini–. Oh, Rabb...nikmat mana lagi yang mesti hambamu dustakan, saat
merasa dicintai, dicukupkan, dan didukung semenjak masih tertatih-tatih
merangkak hingga sudah mampu berlari? Tiada lelah, tanpa batas.
Tapi,
melihat keyakinan mereka atas diri ini, ku
masih ingin berusaha...Rabb,
jika benar begini jalannya, lancarkanlah. Semoga tidak sia-sia...
Kepada
Mama dan Bapak, semoga selalu sehat.
Kepada
Mama dan Bapak, oh duniaku yang kujaga, terima kasih atas aliran do’a, kasih sayang, pun materi
yang sesuai dosis ini...
Kepada
Mama dan Bapak, semoga Allah selalu cukupkan kita rejeki, kumohon kita bersabar sedikit lagi saja–
Dan nyatanya, aku sedikit
berdusta yaa... See, aku sedang tidak
baik-baik, everybody.
Tertanda–
Si sulung yang
masih belum meringankan beban.
Jemari's
Intinya lagi belajar makeup!! Ecieee
BalasHapusWkwk ah kamu tahu aja intend tersiratnya😂 serius mi, aku tuh cuma belajar setidaknya kalo kondangan ndak polos polos amat wkwk
HapusWkwk ah kamu tahu aja intend tersiratnya😂 serius mi, aku tuh cuma belajar setidaknya kalo kondangan ndak polos polos amat wkwk
Hapus