Langsung ke konten utama

Ritme Metropolitan

Mobilitas kendaraan. Pencakar langit. Manusia-manusia anti statis. Panas: akumulasi sesak, emosi, ego, mimpi, hingga cinta.

Katakanlah, ini adalah kisah beberapa hariku tinggal di ibukota, kisah sebentar dari perspektifku. Mungkin kita tidak akan sama, dan aku juga tidak berusaha menggiring kalian untuk kita menjadi satu persepsi. Maka, nikmatilah saja ini sebagai kisahku ehehe. 

Akhir tahun lalu, ada sekitar 5 hari lebih, aku mencoba peruntungan ke ibukota. Membawa segenap cita-cita, juga pengharapan agar boleh bergabung menikmati ritme metropolitan. Unfortunely, aku cuma bisa sebatas mencicipi dinamika-nya, sebentar saja. Tidak diizinkan lama-lama ikut berkontribusi dalam sirkulasi kehidupan anak kota besar. Bicara Jakarta, sungguh kesan pertama yang bisa kusampaikan dalam kata -sebagai warga temporer- adalah "kompleks!" Kendaraan padat merayap, pencakar langit menjulang dimana-mana, manusia-manusia dinamis tersebar di setiap sudutnya, juga kehidupan timpang antara kaum marginal, tirani, cendikia, hedonisme, asketisme, dan kaum lainnya. 

Tapi, kukatakan...ada kesan menarik selama disana, tentang menjadi a commuter! Pejuang kereta! Ahaha. Saat kereta datang, rasanya ambisi, pengharapan, tujuan, tantangan, perjuangan, hingga kesabaran bergumul jadi satu kesatuan ehehe. Bahagia sekali saat kereta mulai berjalan, dan aku sudah terselip di dalamnya untuk menikmati perjalanan yang penuh...sesak. Sesak yang dalam artian sebenarnya, penuh dan padat. Membayangkan perjalanan di kereta akan tenang? Kalian salah, apalagi di jam pulang atau pergi kerja. Tidak akan sempat untuk menikmati jalanan kota dalam rangka membuka banyak kenangan lalu, menghidu dalam-dalam partikel nostalgia untuk dihembuskan, dihidupkan, dan menemani cerita si anak kereta. Nooo! Yang ada hanya desakan yang memaksa terus siaga, manakala kereta berhenti di tiap stasiun. Oh ya, kuingatkan untuk berdiri di tempat potensial, terlindung dari modus (pilih gerbong cewe saja), terlindung dari kombinasi bau matahari dan feromon punya orang lain, serta tempat yang pegang-able. Percayalah, dengan begini, setidaknya kehidupan keretamu akan cukup menenangkan eheheee

Kereta dan kondisinya yang begitu, tapi, tetep bikin bahagia :) bahagia saat bisa berbagi space bersama rekan satu gerbong ehehe, mana tahu kan dia butuh cepat menuju tempat tujuan, terutama ibu-ibu yang mendamba hangatnya bertemu baby-nya... Hanya sesederhana itu. 

Tentang ritmenya, metropolitan selalu punya nada-nada khas, yang terkadang mampu dimaknai secara personal saja. Maka, boleh jadi ada yang suka ritmenya, ada yang sebaliknya. Metropolitan yang terlalu bising, arus kehidupan terlalu deras, aku tidak suka. Tapi, tentang manusia-manusianya yang anti statis terhadap mimpinya, aku bisa jadi suka :)

Dan, pertengahan tahun ini...nyatanya aku dipersilahkan menikmati metropolitan kembali. Beberapa minggu saja. Semoga, ada kesan menyenangkan tentang metropolitan dan ritmenya, di kali kesekian ini. 

Semoga saja. 

Dido'akan yaaaa. 

Regards
Wines
A pharmacist soon to be❤
#pejuangPKPA
.
.
.


Komentar

  1. Gils keren bingits.
    Kak saran boleh? Kalo ada kata2 yg sulit, bikin glosarium gitchu. Biar gak payah googling hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Okeee sist, beko urang tambahan nak 😂 Thanku sudah berkunjung...

      Hapus

Posting Komentar