Langsung ke konten utama

Rantau Den Pa Jauh

Setahun belakangan, setelah sempat gagal dapet PTN di Jakarta, aku memutuskan ikut seleksi Ujian Masuk (UM) Apoteker PTN di Padang (Sumbar), Universitas Andalas, yang pada era angkatanku masih menjadi PTN –Prodi Apoteker- dengan uang semesteran “termurah” Se-Indonesia Raya. Anyway, secara garis besar tulisan ini akan bercerita tentang kisahku di tanah rantau, mulai dari biaya, kehidupan, tempat wisata, transportasi, dan sebagainya -selama aku mengarungi 3 provinsi dalam menjalani studi profesi apoteker pada setahunan ini-. Jadi, jangan salahkan kalau cerita kali ini akan panjang sekali, hehe xoxo.

            Tes UM dilakukan di akhir Januari 2018 lalu, dan diumumkan beberapa hari setelahnya. Saat itu, kita memilih naik pesawat PLG-PDG dengan alasan: takut kecapekan di hari tes jikalau naik bis, dan terpenting lagi diskon! Jadi, akhirnya waktu itu kita dapat tiket pesawat sekitar 580k, yang normalnya biasanya > 600k. Mahal banget, kalau dibandingin beberapa bulan lalu (November 2017) dari JKT-PLG, setelah potong diskon dapet sekitar 270k, mirissss :”. Dan, FYI kita bukan penerbangan langsung loh! Kita TRANSIT di Batam wkwk. It’s okay sih, kalau buat aku yang belum pernah menginjak Kepri. Maka, selama menunggu pesawat, kita menyempatkan ke Nagoya Hill buat membuktikan yang katanya harga barang disini murah-murah, dan...ternyata BENER! Itu di mall-nya loh, harganya udah lumayan banget, soalnya ada lagi tempat yang lebih murah –semacam pasarnyalah-.

Bandar Udara Sultan Mahmud Badarudin II (PLG) - Hang Nadiem (Batam) - Minangkabau (Padang)

            Pertama kali menginjak Ranah Minang, finally! Desain Rumah Gadang everywhere, sayangnya kita nyampenya malam jadi nggak nampak indahnya bukit-bukit sepanjang jalan dari bandara menuju kosan (direkomendasikan kakak tingkat waktu S1), sekitar 100k/minggu/orang (kita berlima), lumayan murah, karena ceritanya kita ambil kos 1 bulan, sisa 3 minggu itu dilanjut sama kakak tingkat ini...ya alhamdulillah sangat membantu dunia penghematan haha.
            Singkat cerita, ada 3 orang yang lulus dan...dunia perantauan akhirnya dimulai! FYI kita terima pengumuman di jalan pulang ke PLG naik bis. Ya, bisa ditebak! setelahnya aku nggak pernah lagi naik pesawat dari PLG-PDG atau PDG-PLG, why? Karena harga bis sama pesawat tuh signifikan banget bedanyaaaaa. Pesawat, dulu nih ya, PLG-PDG >600k, PDG-PLG >800k, nggak tahu sekarang? Kayaknya dah lebih mahal lagi. Kalau bis, only 215k (EPA Star), dan 225k (Yoanda Prima), jauh kan? Bangettttt! Anak kos mah, mending naek bis, mumpung badan masih sehat, eh insentifnya pula kita bisa liatnya indahnya barisan bukit, sawah-sawah hijau, air terjun, danau singkarak, dan view lainnyaaa yang Masya Allaah keren banget! Ohya, perjalanan PLG-PDG membutuhkan waktu sekitar 22 jam (normalnya), ditambah lagi 2,5 jam kalau ke Prabumulih, aku pernah merasakan >30 jam PBM-PLG-PDG karena macet dan jalan rusak. Wkwk.
           
            Padang, dan biaya hidup...
            The first list to do is mencari kos-kosan. Dengan drama yang kayaknya kepanjangan kalau kuceritakan disini, akhirnya kita dapat kosan putri (daerah Pasar Baru, kecamatan Limau Manih, Padang). Sebuah kamar kosong, dengan kamar mandi luar, ditempati 3 orang, sebesar 6jt/6 bulan/3 orang (2jt/org), ditambah uang listrik 25k/orang. Lumayan...mahal! jadi kalo standarnya disini sekitar 6-7 jt/pertahun/org, atau 8-9 jt/pertahun/2org, dan kamarnya kosong walaupun kamar mandi dalam. Parahnya lagi, nggak memungkinkan kalau mesti jalan kaki ke kampus haha, karena jarak gerbang ke fakultas jauh bangeeeetttt apalagi Fakultas Farmasi di ujung. Jalanannya juga terjal guyssssssss. So, sekalian aja kita memilih kosan nggak deket sama gerbang kampus, why? Karena pusat kehidupan kayak makanan, pertokoan –Toserba-, serta tempat ng­eprint&fotocopy itu adanya di Pasar Baru –sekitar 15 menit ke kampus-, apalagi pas bulan Ramadhan, itu pasar bedugnya, pas depan kos kita, tinggal jalan aja deh. Ininih alasan pilih kosan disini karena akses kemana-mana mudah (ibaratnya tengah-tengah lah ya antara kampus dan pusat kota), deket masjid, dan tinggal nyebrang kosan adalah halte bus kampus. Bus ini adalah kendaraan subsidi pemerintah, yang katanya dipotong sama uang persemester tiap mahasiswa, so sayang dong dunia penghematan jikalau nggak dimanfaatkan?
            Oiya, kalau naik angkutan umum 3k, dari kampus-Pasar Baru, paling jauh sih kampus-Pasar Baru-Pasar Raya 5k. Standar lah yaaaaa! Oiya pernah sih main ke pusat kota nyobain naik Trans Padang, bayarnya sekitar 3,5k. Selebihnya kalau emang lagi promo atau nggak tahu tempatnya, dan jalan rame-rame kita bakal memanfaatkan si ojek online haha. Nah, kalau di Padang nih paling tempat mainnya ya nongkrong di tepi laut (Taplau), Gunuang Padang (3k), Masjid Raya Sumbar, Mall (Transmart, PA, dll), Pasar Raya, kalau tempat beli oleh-oleh yang terkenalnya sih di Christin Hakim/Shirley.
            Kalau makanan disini rasanya...lumayan mahal kalau seleranya warteg haha. Ada sih nasi Ampera (10k/porsi), nasi Padang gitu. Kalau yang versi lebih banyak dan besar, standar 12-15k. Susaaaah sekali menemukan sayuran hijau kayak cah kangkung yang bisa beli murah, capcay, atau sambel tempe/tahu. Kalau ada, harganya serasa makan di mall >10k. Intinya yang harganya lumayan itu ya nasi Padang, kalau selera kita nasi warteg, yang sabar ajaaaa hidup disini. Nah, kalau lidah PLG yang suka ngemil pempek, model, tekwan, dsb, pun juga harap bersabar. Susah menemukan yang enak dan murah, harga disini sekitar 12k ke atas sayyyyy! Ada pempek yang seribuan, tapi kecil dan cuko encer :” Paling menyedihkan adalah harga nasi uduk nggak nemu yang 5k, paling murah 8k, mirissssss banget!

            Kuliah lagi... 1 tahun rasa 4 tahun...
            Jadi, disini dipakai sistem semi blok. 1 mata kuliah akan selesai dalam 1 minggu (5 hari), kebayang dong kuliah hari ini dapet tugas besok udah presentasi wkwk, dan dalam sehari itu ada +/- 3 Makul. Metodenya, dari mahasiswa, oleh mahasiswa, untuk mahasiswa. Diskusi, always. Ada sekitar 12 Makul, dan 1 Makul ada 3-4 dosen, bayangkan berapa banyak ujiannya? Haha. Di sela-sela kesibukan, kita sempat mengadakan Seminar gitu –bikin kepanitiaan-, ditujukan terbuka untuk umum -kebayang dong mesti benar-benar prepare-, istilahnya Forum Galenika, ada sekitar 3 kali. Terus di hari Minggu, bergilir melakukan Promosi Kesehatan di GOR. Tambah lagi, di akhir semester ada dua kali, pengabdian masyarakat, satunya cuma sehari dan di daerah Padang, satunya lagi 3 hari ke daerah-daerah. Aku dapet di daerah Tanah Datar, Batusangkar, Nagari Padang Gantiang, sekitar 3 jam dari kota Padang (naek travel sekitar 70k). Disini nih, akhirnya bisa jalan-jalan ke istana Pagaruyung (12k apa yaaa? lupa harga tiketnya), terus bisa merasakan pemandian air panas di Tanah Datar (3/5k kalo gak salah lupa nih).
            Satu semester diisi sama aktivitas ngampus lagi, sisanya PKPA (Praktek Kerja Profesi Apoteker), yang artinya...kesempatan jalan-jalan! Ada 3 tempat dilakukannya praktek yakni Industri/PBF, Apotek, dan Rumah Sakit. Dan guess what! Aku PKPA di tiga Provinsi...DKI Jakarta, Sumatera Selatan, dan Sumatera Barat. 3 Provinsi, 3 Kota, 3 Dunia, dan bermacam-macam kosan haha.

Periode Juli-Agustus 2018, aku melaksanakan praktek di PT. Mahakam Beta Farma, ituloh yang Pabrik Betadine –FYI berangkat dari Bandara Minangkabau-turun di Bandara Cengkareng-, abis lebaran tiket mahal banget dapet sekitar 990k setelah diskon, temanku malah ada yang dapet 1,3jt, ternyata dunia penghematan masih bisa dijalankan! haha-. Tempatnya di Pulo Gadung, Jaktim, kawasan industri. Karena disana kawasan Pabrik gitu, jadi alhamdulillah biaya hidup lumayan murah, aku masih bisa nemu nasi telur yang harganya 3,5k haha, nasi warteg 8-10k, dan nasi uduk 5k alhamdulillah, untuk biaya kosan aku dapetnya kosan khusus putri, 400k, ada kasur dan lemari, tapi kamar mandi luar. Disini, kita melakukan penghematan selama 5 hari “Senin-Jum’at” dengan makan siang ditanggung industri haha, Sabtu-Minggu digunakan buat jalan-jalan hahaaaaa. Mobilitas kita disponsori oleh KRL (3k) dan trans Jakarta (3,5 k), serta ojek online. Sistem KRL dan trans Jakarta yang pake e-ticket (menurutku udah mayan rapi) aja masih belum jadi solusi macetnya Jakarta huhu betapa padatnya ibukota-kuhhh. Selama di Jakarta pernah menyempatkan main ke Universitas Pancasila, TMII, Ragunan, Monas, Kokas, Planetarium (harga-harganya bisa di cek sendiri ya aku lupaaa, sistemnya wisata disini kebanyakan pake e-ticket, jadi bisa dibeli di counternya sekaligus isi ulang voucher), Tanah Abang, etc...sempat pula nyasar muter-muter salah jalur KRL wkwk.
Periode Agustus-September 2018, aku pulang ke PLG (Sumsel) via pesawat yang lagi-lagi hasil diskon -320k- lewat Bandar Udara Halim Perdana Kusuma-Sultan Mahmud Badaruddin II. Disini, aku praktek di Kimia Farma Rama (Jl. Kapt A.Rivai, Palembang) dan taraaaa...ngekos lagi. Dapet kosan disekitar situ, harganya 400k/bulan (paket lengkap, bisa numpang mesin cuci pula). Sebenarnya bisa jalan sih dari kosan, cuma lumayan jauh :” jadi kalau misalkan dapat shift malam yang pulang jam 10 malam, terpaksa naek gojek (4k), pakai gopay bisa diskon jadi 3k hahaaaaa. Disini aku ngapain? Ada sih hal ternekad yang kulakukan adalah jalan sendirian ke mall, terus ke Pasar 16, abis tuh berakhir makan di tepian sungai Musi, yeahhh...spesialnya sih karena sendiriiiiii haha.
Periode September-November 2018, aku akhirnya balik ke Padang, untuk PKPA di RSAM (Rumah Sakit Achmad Mochtar) Bukittinggi. Balik ke Padangnya, naek bis, dilanjut ke Bukittinggi naek Travel 70k (karena bawak barang), kalo naek tranex (minibus) sekitar 20-30k (lupaaaa). Pernah coba naek tranex kok –ikut TO Uji Kompetensi Apoteker Indonesia (TO UKAI) jadi balik ke Padang-, sama aja kayak mobil travel, pake AC juga hahaha. Di Bukittinggi ini (FYI dingin banget, bawa selimut tebal deh kalo mau bermalam disini), aku sempat juga jalan-jalan ke Jam Gadang, Kebun Binatang Kinantan (15k) dan ada jembatan penghubung sama kawasan Benteng For de Kock (jadi gratis, pilih bayar lewat ini atau Kinantan), Janjang Seribu (Gratis), Pasarnya (Pasar ateh, Pasar Lereng, Pasar Aur), etc. Disini kalo nggak naek angkot, ya...andalan ojek online (udah ada nih di Bukittinggi). Oiya, kalau biaya hidup disini, nggak jauh beda dengan di Padang dong! Cuma kalau harga barang /lusin/kodi/pak (intinya untuk yang mau jualan), bisa dicoba di Pasar Aur, lebih murah, reccomended!

Kehidupan travelling penuh penghematan akhirnya berakhir, setelahnya aku disibukkan bikin laporan 2 laporan Industri, 3 laporan Apotek, dan 3 laporan RS, kemudian ditutup dengan Ujian Komprehensif. Next? 1 bulan penuh dihabiskan untuk persiapan UKAI sesungguhnya, dan akhir Januari 2019 dilaksanakan ujian UKAI. Setelah dinyatakan lulus uji kompetensi pada pertengahan Februari, di penghujung Februari alhamdulillah diwisuda. Dan, resminya sih di pertengahan Maret dilakukan Pengambilan Sumpah/Janji Apoteker.

Selain jalan-jalan, kehidupan kuliah 1 tahun belakangan ini banyak ngasih ilmu sih, mengenal guideline pengobatan secara jelas, praktek langsung, serta menambah kamus dunia obat-obatan (generik maupun dengan merk dagang). Tapi, teteup sih momen travelling-nya emang insentif yang paling menyenangkan wkwk.

Terkadang, nggak nyangka aja sudah sejauh ini...

Thanks to, Mama dan Bapak tersayang yang selalu men-support baik materil maupun immateril. Teman-teman yang telah membersamai. Padang, dan ceritanya 1 tahun merantau yang tak akan pernah dilupa.

Alhamdulillah...


Wines-Erin-Ocha

-

Jemari’s
*AN: Sekian lama ndak nulis, pegel jugaaa ternyata hihi, ini tulisan dalam rangka menyimpan kenangan (aku kan pelupa, bangettttt) dan siapa tahu ada yang kangen tulisanku kan? Hihi. Anw, ini tulisan panjang bangettttt, tepuk tangan deh buat yang berhasil baca tanpa skip sampe bawah! Big thankssss hahaaa. Semoga kita selalu dilancarkan urusan ke depannya aamiin! Byeeeeee :))))
.
.
.

Komentar