Langsung ke konten utama

Ketika...COVID 19 Melanda

Ketika rindu nge-blog ditengah pandemi COVID-19 hehe. Anw, Sudah lama blog ini nggak ditengok, semoga belum sawangan akibat ketidak-produktif-anku. Sebenarnya, jadwal kerjaku nggak se-hectic- zaman sebelum pandemi, tapi ya gitu deh...ya gitu. Baiklah, jadi tulisan ini diniatkan agar sewaktu-waktu, beberapa tahun ke depan, ketika ditengok, aku pernah meninggalkan jejak, hasil baca-baca seputar COVID-19. Mengingatkan kalau aku adalah bagian generasi yang kena dampak si dia...yang menyebalkan.
.
.
.

Sebut saja, COVID-19 namanya. Yang keberadaannya booming dimana-mana. Bikin semua sektor kehidupan kalang kabut, bahkan mampu mengubah tatanan kehidupan hingga katanya mencetuskan istilah “NEW NORMAL”. Secara sederhana, tulisan ini ku buat untuk memberikan informasi terkait COVID-19, berikut cara pencegahan. Yuk, disimak dongengnya...semoga bisa dipahami dengan baik.

COVID-19 (Coronavirus Disease 2019) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), kasus pertama terjadi di Wuhan, China (akhir Desember 2019). Dan, masih mewabah hingga ke Indonesia (per-Juni 2020) ini. WHO melaporkan per tanggal 14 Juni 2020 terdapat 7.690.708 kasus dengan 427.630 kematian (CFR 5,6%) di 215 negara terjangkit. Adapun di Indonesia sendiri, Kemkes RI melaporkan kasus konfirmasi positif sebanyak 38.277 dan angka kematian mencapai 2.134, mengalami peningkatan dari sejak kasus pertama dilaporkan (2 Maret 2020). Ya, gitu, laju penularan penyakit infeksi memang eksponensial.
Hebatnya COVID-19, dalam kajian sistematik terhadap 22 hasil studi oleh Kampf et al. (2020) menunjukkan bahwa human coronavirus, seperti SARS-CoV dapat bertahan hidup di permukaan benda mati semacam kaca, logam atau plastik sampai 9 hari, penelitian lain menunjukkan virus ini bisa bertahan 3 hari (pada permukaan plastik dan baja). Namun demikian, HCoV tersebut dapat diinaktivasi dengan perlakuan menggunakan disinfektan yang mengandung campuran etanol (62–71%) dan hidrogen peroksida (0,5%) atau sodium hipoklorit (0,1%), selama 1 menit. Secara umum, virus ini sensitif terhadap ultraviolet (UV) dan panas. Pemanasan pada 56°C selama 30 menit sudah efektif membuat virus Covid-19 menjadi inaktif. Selubung yang terbuat dari lipida mudah rusak oleh pelarut lemak (sabun, detergen, etanol atau isopropil alkohol >60%, kloroform, eter) membuat virus Covid-19 tidak mampu lagi menginfeksi dan berkembang biak. Selubung virus juga dapat dirusak oleh oksidan, seperti desinfektan yang disebutkan di atas, namun kurang efektif terhadap benzalkonium klorida (0,05–0,2%) atau klorheksidin diglukonat (0,02%) (Panduan Praktik Apoteker Menghadapi COVID 19, PPIAI).
VIRUS Covid-19 diketahui menyebar lebih cepat dibanding SARS dikarenakan mudah penularannya (virus jatuh ke permukaan benda; melalui percikan droplet (ludah, bersin dan batuk), or fecal to oral route (tinja) orang yang terinfeksi kemudian masuk melalui hidung, mulut, mata yang sebelumnya telah kontak), gejalanya juga umumnya ringan (demam, batuk, sakit tenggorokkan, lemas, sesak nafas) maka terkadang pembawa virus biasanya tidak menyadari telah menjadi agen penyebar, sehingga kemungkinan jumlah penderita COVID-19 jauh lebih banyak daripada kasus positif yang tercatat.

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk pencegahan COVID-19:
1. Cukupi kebutuhan gizi seimbang, dengan Piramida Makan Sehat. (Dasar Priamida) Karbohidrat -> Sayur dan buahan (yang berwarna-warni biasanya kaya akan antioksidan) 
-> Protein -> (puncak piramida) lipida (minyak atau lemak), garam dan gula. Semakin tinggi posisi suatu kelompok pangan pada Piramida, makin sedikit porsinya.
2. Olahraga teratur, 3 x seminggu (30 menit).
3. Penuhi kebutuhan air minum (8 gelas/2 liter untuk dewasa, minimal 6 gelas, air hangat).
4. Menjaga sanitasi diri dan hindari sembarangan menyentuh wajah, mandi yang bersih (karena selama pandemi ini saya masih di RS, setiap pulang ke rumah saya langsung mandi, pakaian kerja langsung rendam detergen), cuci tangan dengan sabun lebih efektif, pakai handsanitizer hanya jika tidak tersedia tempat cuci tangan.
5. Gunakan masker dengan benar (masker kain efektif untuk 4 jam, disposable mask / masker medis untuk 8 jam, selanjutnya diganti).
6. Hindari merokok dan asap rokok.
7. Social Distancing. Sebagai daerah yang "pernah" menjadi zona merah (wilayah terjadi transmisi lokal), kita sempat melaksanakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Saya merasakan manfaatnya, orang-orang lebih aware dengan adanya sanksi, pake masker dimana-mana, jaga jarak satu sama lain, pembatasan jumlah penumpang kendaraan, bahkan orang-orang yang masuk ke dalam kota juga dibatasi. Sayang banget, sehabis PSBB, orang-orang cenderung merasa keadaan SUDAH NORMAL. Bukan layaknya new normal yang digadang-gadangkan. Padahal, ya...padahal ya gitu. Habis PSBB harusnya kita tambah aware...

Tentang immunomodulator...
        Vitamin C (banyak terdapat pada buah berwarna) dilaporkan dapat meningkatkan sistem imun, menurunkan insiden pneumonia, dan kerentanan penyakit saluran nafas bawah (Helmi, 2003; Hermila, 1997). Normalnya, tubuh manusia dewasa hanya butuh vitamin C (laki-laki 90 mg/hari, perempuan 75 mg/hari), sisanya akan dikeluarkan tubuh. Selain Vit C, zinc diketahui memiliki fungsi penting dalam pemeliharaan dan perkembangan sistem imun, baik sistem imun yang innate maupun adaptif (kebutuhan normal dewasa: lk 11mg/hari, pr 8 mg/hari). Kekurangan zinc dapat menyebabkan kerentanan terhadap penyakit infeksi. Peningkatan konsentrasi zinc intrasel dengan pyrithione dapat menghambat replikasi virus RNA, termasuk SARS-CoV (Velthuis et al., 2010). Selenium (kebutuhan normal: dewasa lk 30-36 mikrogram/hari, pr 24-25 mikrogram/hari) juga berpengaruh terhadap sistem imun, kekurangan selenium dapat membuat mutasi virus RNA lebih virulens (Harthill, 2011). Herbal meniran (Phylantus niruri) telah dibuktikan dapat meningkatkan sistem imun dengan mengaktifkan makrofag dan sel-sel inflamatori lainnya (Tjandarawinata, et al, 2017). Baru-baru ini, yang lagi populer yakni Echinacea, diperoleh dari Echinacea purpura, herbal ini dapat meningkatkan sistem imun melalui aktivasi neutrofil, makrofag, leukosit polimorfonuklear, dan sel natural killer (NK) (Manayi et al, 2015). Penggunaan suplemen ini bisa dilakukan selama masa pandemi, dengan tidak berlebihan tentunya. Seperti yang diketahui, penggunaan Echinacea hingga 8 minggu dapat menyebabkan penurunan kadar sel darah putih, nah... malah menurunkan komponen alami kekebalan kita. Suplemen-suplemen ini akan sangat berguna jika memang kondisi imun lemah, misal (kelelahan atau ditandai dengan akan flu), dsb. Jika kondisi tubuh dalam keadaan normal, sebaiknya cukupi kebutuhan dengan makan-makanan yang memang mengandung zat-zat tersebut (misal: vitamin C pada jambu biji&jeruk, zink pada hati ayam, daging sapi&kuning telur, selenium pada padi, daging&susu).


Tentang penggunaan herbal...
Senyawa yang terkandung dalam tanaman, seperti saikosaponin, likorin, amentoflavon, mirisetin diketahui mampu menghambat pertumbuhan coronavirus, walau bukan Covid-19, secara in vitro. Kurkumin (banyak terdapat pada kunyit) dapat menghambat pertumbuhan virus influenza PR8, H1N1, dan H6N1, secara in vitro (Moghadamtousi et al., 2014; Dai et al., 2018 ). Jahe (Zingiber officinale), terbukti memiliki aktivitas antivirus dapat menghambat pertumbuhan human respiratory syncytial virus (HRSV) pada kultur sel A549 dan Hep-2 (Chang et al., 2013). Walaupun, belum dilakukan penelitian lebih lanjut/bukti klinis untuk khasiat terhadap COVID-19 (masih perlu penelitian lebih lanjut terkait dosis, dan efektifikasnya), namun penggunaan herbal seperti empon-empon (temulawak, jahe, kunyit, dan kencur) aman dan dapat membantu menjaga kesehatan tubuh. Berikut beberapa simplisia nabati yang bisa dimanfaatkan di era pandemi: (Buku Saku Obat Tradisional Untuk Daya Tahan Tubuh, BPOM, 2020)
- Herba sambiloto (herba kering 3.9 g, herba basah 25-75 g, sebagai dosis tunggal)
- Herba meniran (herba segar 15-30 g, 2-3 kali sehari)
- Rimpang jahe (serbuk kering 2-4 g/hari)
- Jambu biji (makan langsung 1 buah jambu biji ukuran sedang/ 15 g daun segar/kering/ hari.
- Rimpang kunyit (irisan rimpang kering 3-9 g/hari atau 1,5-3 g serbuk kering/hari)
- Rimpang temulawak (irisan rimpang segar 25 g/hari)

(*AN: bahan simplisia kering direbus dengan air 250 mL selama 15-30 menit, untuk serbuk kering dapat gunakan air matang panas 150 mL)

            Tentang obat COVID-19...
Hingga saat ini, belum ditemukan vaksin untuk virus SARS-COV2 ini. Pengobatan yang dilakukan hanya menggunakan antivirus dan antibiotik. Beberapa pengobatan yang biasa digunakan adalah nebulisasi alpha-interferon, lopinavir/ritonavir, ribavirin, choroquin phosphate, hydroxyxloroquin phosphate, arbidol, ramdesivir. Belakangan Ketua Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell Unair Purwati dalam keterangan resminya, Jumat (12/6/2020) lalu mengungkapkan lima kombinasi obat efektif untuk COVID-19 itu yakni loprinavir-ritonavir-azitromisin, loprinavir-ritonavir-doxixiclin, loprinavir-ritonavir-klaritomisin, hidroksiklorokuin-azitromisin dan hidroksiklorokuin-doksisiklin. Untuk masyarakat sekalian sangat tidak dianjurkan untuk melakukan pencegahan menggunakan obat-obat sistetis yang telah disebutkan sebelumnya. Mengapa? karena obat-obat tersebut punya efek samping masing-masing yang bisa SANGAT membahayakan tubuh apabila digunakan dengan dosis yang tidak sesuai. Pengobatan dilakukan apabila sudah ada indikasi terinfeksi COVID-19, penggunaan antibiotik dan antivirus dengan tidak tepat dosis maupun indikasi bisa menyebabkan resisten. Artinya, suatu waktu kita memang butuh pengobatan di atas, kita tidak akan cukup dengan dosis tersebut (harus ditingkatkan, atau perlu alternatif obat lain), sedangkan sampai saat ini klaim obat resmi spesifik COVID-19 belum ditemukan. Maka jangan coba-coba terapi mandiri!

Bila merasakan gejala (segera isolasi mandiri), lakukan 7 hal yang telah disebutkan sebelumnya. Pantau gejala, bila gejala memburuk -> cari pertolongan. Daftar RS rujukan COVID-19 bisa dilihat dilaman web infeksiemerging.kemkes.go.id. (Panduan Praktik Apoteker Menghadapi COVID 19, PPIAI, 2020).

            .

            .
            .

            Terimakasih untuk membaca hingga akhir, semoga ada manfaatnya.

            With Love,
            Winesfin Refti

Komentar

  1. Otakku mendidih ya Tuhan 🤒

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha padahal kamu anak bahan alam dan farmakologi, khatam beteulll ini mah

      Hapus
  2. Kenapa blogmu jam nya selalu beda ya? Ini waktu Indonesia bagian apa ni Nes..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha biar sok sok-an lagi di LN mi, padahal...

      Hapus
  3. Alhamdulillah per 2021, vaksinasi covid-19 sudah mulai dilakukan. Semoga kita sehat selalu... #FYI saya sudah dilakukan vaksinasi, dengan vaksin Sinovac, dua dosis. Dosis pertama tanggal 28 Januari 2021, dilanjutkan vaksin ke dua tanggal 11 Februari 2021.

    BalasHapus

Posting Komentar